Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa
Sabtu, 18 Februari 2012 , 14:50:00 WIB
Laporan: Teguh Santosa
RMOL. Jejak sebuah sungai purba di utara Laut Jawa baru-baru ini
ditemukan. Jejak sungai ini menjadi salah satu petunjuk kuat mengenai
eksistensi dataran Sunda Land yang selama ini menjadi perdebatan di
kalangan ahli dan awam.
JEJAK SUNGAI PURBA
Adalah Dr. Danny Hilman yang dalam rapat kordinasi di Sekretariat
Negara di Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Jumat kemarin (17/2) yang
mempresentasikan pertemuan itu. Dr. Danny adalah salah seorang peneliti
utama Tim Bencana Katastropik Purba.
Gambar jejak sungai purba
itu sendiri ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso, juga peneliti dalam tim
yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan
Bencana (SKP BSB). Dr. Wahyu Triyoso merupakan salah seorang pengajar di
Jurusan Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia juga salah
seorang pengajar inti "sekolah gempa" atau GREAT program pendidikan
master ITB yang baru dibentuk beberapa tahun lalu.
Dari gambar
yang diperoleh Dr. Wahyu disebutkan bahwa jejak yang ditemukan itu
berasal dari masa yang dimaksud oleh penulis buku "Eden of the East",
Stephen Oppenheimer, maupun penulis "Atlantis, The Lost Continent Finaly
Found" Arysio Santos.
"Artinya, yang hipotesakan adalah nyata," ujar Dr. Wahyu.
Sungai purba itu diperkirakan ada saat ketinggian air laut di bawah 132
meter dari ketinggian permukaan laut saat ini. Dalam 20 ribu tahun
terakhir baik Oppenheimer maupun Santos menyimbulkan bahwa pernah
terjadi ada beberapa banjir besar yang mendadak dan mengakibatkan air
laut naik drastis. Banjir besar itu mengubur peradaban dan mendorong
migrasi genetikal.
Wahyu mengatakan bahwa target dan fokus
utama dari penelitian yang dilakukan adalah pemetaan dan penghitungan
paleo hazard atau hazard purba. Untuk penelitian lebih lanjut, ilmuwan
kebumian harus bersinergi dengan arkeolog dan sosiolog.
Dia
mengatakan bahwa di balik bencana ada dua hal yang penting untuk
dipahami, yakni bencana dan efek yang ditimbulkan bencana. Untuk saat
ini sumber bencana dan efek bencana dapat diestimasi. Namun untuk
masa-masa yang silam, dibutuhkan pendekatan dari ilmu lain.
"Sebagai gambaran, runtuhnya budaya yang tiba-tiba atau hilang dari
sejarah bisa dilokalisir oleh arkeolog dan sosiolog. Dan itu bisa
menjadi gambaran dari efek bencana. Dengan prinsip reverse extrapolation
kita bisa menemukan jejak sumbernya," demikian Dr. Wahyu.
Sabtu, 18 Februari 2012 , 14:50:00 WIB
Laporan: Teguh Santosa
RMOL. Jejak sebuah sungai purba di utara Laut Jawa baru-baru ini ditemukan. Jejak sungai ini menjadi salah satu petunjuk kuat mengenai eksistensi dataran Sunda Land yang selama ini menjadi perdebatan di kalangan ahli dan awam.
JEJAK SUNGAI PURBA
Adalah Dr. Danny Hilman yang dalam rapat kordinasi di Sekretariat Negara di Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Jumat kemarin (17/2) yang mempresentasikan pertemuan itu. Dr. Danny adalah salah seorang peneliti utama Tim Bencana Katastropik Purba.
Gambar jejak sungai purba itu sendiri ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso, juga peneliti dalam tim yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Dr. Wahyu Triyoso merupakan salah seorang pengajar di Jurusan Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia juga salah seorang pengajar inti "sekolah gempa" atau GREAT program pendidikan master ITB yang baru dibentuk beberapa tahun lalu.
Dari gambar yang diperoleh Dr. Wahyu disebutkan bahwa jejak yang ditemukan itu berasal dari masa yang dimaksud oleh penulis buku "Eden of the East", Stephen Oppenheimer, maupun penulis "Atlantis, The Lost Continent Finaly Found" Arysio Santos.
"Artinya, yang hipotesakan adalah nyata," ujar Dr. Wahyu.
Sungai purba itu diperkirakan ada saat ketinggian air laut di bawah 132 meter dari ketinggian permukaan laut saat ini. Dalam 20 ribu tahun terakhir baik Oppenheimer maupun Santos menyimbulkan bahwa pernah terjadi ada beberapa banjir besar yang mendadak dan mengakibatkan air laut naik drastis. Banjir besar itu mengubur peradaban dan mendorong migrasi genetikal.
Wahyu mengatakan bahwa target dan fokus utama dari penelitian yang dilakukan adalah pemetaan dan penghitungan paleo hazard atau hazard purba. Untuk penelitian lebih lanjut, ilmuwan kebumian harus bersinergi dengan arkeolog dan sosiolog.
Dia mengatakan bahwa di balik bencana ada dua hal yang penting untuk dipahami, yakni bencana dan efek yang ditimbulkan bencana. Untuk saat ini sumber bencana dan efek bencana dapat diestimasi. Namun untuk masa-masa yang silam, dibutuhkan pendekatan dari ilmu lain.
"Sebagai gambaran, runtuhnya budaya yang tiba-tiba atau hilang dari sejarah bisa dilokalisir oleh arkeolog dan sosiolog. Dan itu bisa menjadi gambaran dari efek bencana. Dengan prinsip reverse extrapolation kita bisa menemukan jejak sumbernya," demikian Dr. Wahyu.
Bookmark this post:blogger tutorials
Social Bookmarking Blogger Widget |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar